Puasa Sambil MengASIhi
Ramenten, Jakarta – Berbagai pertimbangan perlu ditentukan untuk memutuskan apakah Ibu Menyusui akan berpuasa di bulan Ramadan. Diantara pertimbangan tersebut antara lain kondisi ibu dan bayinya karena setiap orang memiliki kondisi yang berbeda. Menurut dokter spesialis anak, dr Harnel Kathin, Sp.A dalam kajian Tips Menyusui di bulan Ramadan yang diadakan oleh HSI Peduli, Ibu Menyusui dapat tetap berpuasa di bulan Ramadan dengan memperhatikan kondisinya.
Dokter Harnel membagi periode menyusui terkait dengan proses menyusui saat puasa menjadi dua periode yaitu pertama periode kurang dari 6 bulan atau masa ASI Eksklusif bagi bayi dan ASI menjadi satu-satunya sumber nutrisi bayi sehingga secara medis dianjurkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya dengan puasa di lain hari atau membayar fidyah.
Periode kedua adalah periode diatas 6 bulan, dimana bayi sudah mengenal Makanan Pendamping ASI (MPASI) sehingga dapat dipertimbangkan atau dilakukan persiapan terlebih dahulu. Menurut dokter Harnel, secara medis ASI tidak berpengaruh signifikan saat ibu berpuasa, komposisi ASI akan tetap sama meskipun ibu berpuasa. Hanya saja tubuh ibu yang akan melakukan penyesuaian diantaranya mekanisme kompensasi dengan mengambil cadangan zat gizi dalam tubuh dan cadangan tersebut akan digantikan pada saat berbuka. Namun berbeda bila kondisi ibu menyusui adalah ibu yang kurang gizi, kondisi ASI tidak berubah namun yang dikhawatirkan adalah ibu tidak memiliki cadangan zat gizi untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan bagi Ibu Menyusui yang ingin tetap berpuasa di bulan Ramadan antara lain:
1. Kecukupan asupan nutrisi dan cairan. Cairan yang dikonsumsi harus lebih banyak dari biasanya.
2. Monitor pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini bisa dibantu oleh tenaga medis untuk mengevaluasi apakah kondisi ibu berpuasa berpengaruh terhadap bayinya. Ibu Menyusui juga harus mengatur pola makan dan mencukupi gizinya saat berpuasa.
3. Dehidrasi. Ibu Menyusui akan banyak mengeluarkan cairan, sehingga berpotensi untuk terjadi dehidrasi dengan gejalanya lebih cepat haus. Bila kondisinya ibu sudah dehidrasi seperti tenggorokan sangat kering dan sakit harus dipertimbangkan lagi puasanya. Kondisi ibu yang dehidrasi dapat memperburuk ibu dan bayi. Hentikan puasa bila ibu sudah pada tingkat berat dehidrasi. Tindakan yang dapat diambil saat kondisi tersebut adalah meminum cairan rehidrasi oral/ oralit serta istirahat telentang.
Untuk mencegah dehidrasi, Ibu Menyusui dianjurkan memenuhi cairan sekitar 3 liter per hari dan mencakup buah, air, sayur atau sup. Contoh lainnya dapat dilakukan pembagian cairan yaitu terdiri dari 2 liter air minum serta 1 liter berasal dari buah/ sayur/ sup. Ibu Menyusui juga dapat meningkatkan asupan cairan beberapa hari sebelum Ramadan dan menghindari paparan sinar matahari dan beraktivitas outdoor.
4. Perhatikan kesehatan Ibu Menyusui. Ibu yang memiliki penyakit tertentu dapat mempengaruhi produksi ASI. Ibu Menyusui harus melakukan cek kesehatan bagi ibu dan bayinya.
5. Perhatikan makanan Ibu Menyusui. Dokter Harnel memberikan tips untuk tetap menjaga sedapat mungkin 3x makan utama dan 2x makan ringan. Contohnya makan menjelang adzan subuh, makan saat berbuka, hindari makan terlalu manis karena gula darah akan lebih cepat naik dan berefek gula darah juga cepat turun. Makan kembali menjelang tidur malam karena pada dasarnya Ibu Menyusui pun akan cepat lapar. Untuk makanan ringan, pilih buah, biskuit, atau roti dengan menyiasati makan setelah menyusui atau memerah.
Tips bagi Ibu Bekerja yang juga menyusui, tetaplah rutin memerah ASI di tempat kerja, rutin memerah di rumah terutama malam hari dan dini hari, serta usahakan untuk menabung ASI sebelum datang bulan Ramadan sehingga dapat membantu agar asupan gizi ibu tetap terpenuhi. Perlu konco Ramenten perhatikan juga, tubuh akan menyesuaikan diri secara alami baik itu kondisi berpuasa ataupun tidak. Silakan konsultasikan dengan tenaga medis untuk memastikan puasa konco tetap lancar di bulan Ramadan sambil mengASIhi.
Sing Nulis: Mbak Tania