Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tita Rahayu Sulaeman

Mengukir Generasi Emas dengan Islam

Agama | 2025-03-12 08:54:13
sumber gambar : dokumentasi pribadi

Oleh : Ariefdhianty Vibie H.

Keresahan masyarakat akan nasib masa depan bangsa ini terus berlanjut. Di bawah kepemimpinan baru, ternyata keresahan itu tak kunjung usai. Terlebih nasib generasi yang diharapkan menjadi emas, bisa-bisa berubah menjadi generasi cemas akibat banyaknya kebijakan populis penguasa yang tak bersama rakyat.

Berangkat dari keresahan ini, Kajian Muslimah membawa perspektif Islam dalam menyikapi persoalan bangsa. Sebagai muslim, tentu menjadi hal yang wajib untuk menempatkan Islam sebagai sudut pandang segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana membentuk generasi untuk membangun peradaban gemilang. Oleh karena itu, dalam kajian yang senantiasa diadakan dalam satu bulan sekali ini, mengangkat tema “Mengukir Generasi Emas dengan Islam” yang bertempat di Masjid Besar Kaum Ujung Berung, Bandung.

Dihadiri oleh sekitar 120 muslimah lebih, kajian ini terasa hangat dengan sambutan yang dibawakan oleh pembawa acara. Terlebih setelah penayangan video tentang Al Biruni, salah seorang tokoh cendekiawan muslim di bidang astronomi. Para peserta terlihat takjub dan terkagum-kagum dengan bagaimana sistem pendidikan Islam melahirkan tokoh-tokoh yang tidak hanya berhasil mengukir kegemilangan, melainkan juga menjadi sosok yang bertakwa. Begitulah gambaran generasi emas dengan sistem pendidikan Islam yang mengukir peradaban dunia.

Pemateri menyapa peserta sebelum akhirnya melantunkan surat Al-Alaq ayat 1-5 dan terjemahnya. Dalam surat yang pertama diturunkan kepada manusia itu, Allah SWT. memerintahkan untuk membaca dan belajar. Dalam hadist Rasulullah SAW. bersabda, “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan” (HR Ibnu Majah).

Mirisnya, justru pendidikan tidak menjadi prioritas dalam realitas bangsa saat ini. Padahal dalam Islam, mencari ilmu adalah sebuah kewajiban. Pendidikan juga merupakan kebutuhan asasi yang wajib dipenuhi oleh negara. Imam Ibn Hazm dalam kitabnya Al-Ahkam juga menyatakan, “Diwajibkan atas seorang imam untuk menangani masalah itu dan menggaji orang-orang tertentu untuk mendidik masyarakat.”

Pendidikan mampu menjadikan individu berilmu dan memiliki kepandaian. Pendidikan juga mampu menjadikan negara dipimpin oleh individu yang bertakwa dan memiliki kapabilitas, visioner, dan adil. Jika sebuah negara ingin maju, maka pendidikan haruslah menjadi prioritas. Selain itu, seorang Muslim harus menjadikan Rasulullah sebagai teladan. Rasulullah saw. pun sangat memprioritaskan pendidikan untuk menciptakan karakter Muslim yang bertakwa dan berilmu.

Kemudian, Pemateri membeberkan beberapa contoh saat Rasulullah memprioritaskan pendidikan dalam masa kepemimpinannya. Misalnya, saat Rasulullah saw. menjadikan pengganti tebusan tawanan Perang Badar dengan mengajarkan baca tulis kepada 10 orang penduduk Madinah. Rasulullah juga pernah mengizinkan dua orang sahabat beliau pergi ke Yaman untuk mempelajari teknik membuat senjata yang bernama dabbabah. Selain itu, Rasulullah menganjurkan para wanita saat itu untuk mempelajari ilmu tenun, menulis, dan merawat orang-orang sakit (pengobatan).

Sungguh Islam menempatkan pendidikan sebagai sebuah kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh negara. Oleh karena itu, sejarah mencatat bahwa Islam pernah menjadi pusat peradaban di dunia. Ustadzah juga membeberkan begitu gemilangnya peradaban Islam dalam ranah pendidikan. Contohnya, standar gaji guru yang mengajar anak-anak pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sebesar 15 Dinar (1 dinar = 4,25 Gram Emas) atau setara Rp 25.500.000,- dan diikuti oleh para khalifah berikutnya. Di Baghdad berdiri Universitas al Mustanshiriyyah, begitu pula saat Khalifah Hakam bin Abdurrahman an Nashir mendirikan Universitas Cordova yang menampung mahasiswa Muslim dan Barat tanpa dipungut biaya alias gratis.

Dari peradaban gemilang inilah lahir generasi emas yang namanya masih terukir hingga saat ini, bahkan mengantarkan dunia ini pada kemajuan dalam berbagai bidang. Seperti, Al Biruni dalam bidang astronomi, Ibnu Al-Haitsami dalam bidang matematika dan fisika, Al Khawarizmi dalam bidang matematika, Abu Qasim Az-Zahrawi dalam bidang kedokteran, dan masih banyak tokoh Muslim lainnya yang berkontribusi besar terhadap dunia.

Bagaimana sebenarnya sistem pendidikan Islam dalam mencetak generasi emas ? Kemudian, Pemateri menjelaskan, bahwa Islam memiliki konsep pendidikan yang unik dan khas. Karakter individu terbentuk dari asas pendidikan, yakni dengan meletakkan akidah Islam sebagai landasannya, menjadikan individu ini bertakwa dan senantiasa terikat pada hukum Allah swt. Akidah Islam akan menjadi landasan dalam pola asuh dan pola didik orang tua dan guru, juga kurikulum dan kebijakan pendidikan, mulai pendidikan dini hingga pendidikan tinggi. Asas ini kemudian bertujuan membentuk kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyyah), menguasai tsaqofah Islam, dan juga menguasai ilmu sains dan teknologi yang bermanfaat bagi umat. Tentunya, sistem pendidikan ini mesti didukung oleh semua komponen dan lingkungan, yaitu rumah (keluarga), sekolah dan masyarakat, serta negara yang menerapkan kebijakan Islam secara total dan menyeluruh.

Menurut beliau untuk mewujudkan sistem pendidikan yang mumpuni, tidak hanya berkutat pada sistem pendidikan saja, Negara pun wajib didukung oleh berbagai kebijakan pada aspek lainnya, seperti ekonomi, politik, sosial, dan lainnya. Oleh karena itu, hanya dengan penerapan Islam kaffah saja negara mampu untuk mengukir generasi emas.

Setelah Pemateri selesai memaparkan materi, acara kemudian beralih ke sesi diskusi dan tanya jawab. Para peserta sangat antusias menanggapi bahasan ini. Dalam pertanyaan pertama, peserta menanyakan perihal bagaimana kita bisa menilai sebuah generasi itu apakah termasuk generasi emas atau bukan? Pemateri menjawab, bahwasanya untuk menilai sebuah generasi itu emas atau bukan, maka harus dilihat dari standar bagaimana Islam memandangnya. Dalam Islam, generasi emas bukan hanya terlihat dari individu-individu yang cerdas secara akademik, memiliki bakat dan prestasi, atau bahkan bukan melihat kesuksesan individu secara materi. Melainkan, generasi emas adalah generasi yang bertakwa kepada Allah SWT. Individu-individu ini memiliki kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan pola sikapnya selalu berlandaskan kepada akidah dan hukum Islam. Jika individu ini tercipta dalam sebuah bangsa, yang kemudian diikat dalam pemikiran, perasaan, dan peraturan Islam, maka peradaban tersebut menjadi peradaban yang gemilang. Hal ini pernah terjadi sejak masa kepemimpinan Rasulullah SAW. berlanjut kepemimpinan para Khulafaur Rasyidin dan khalifah setelahnya, dimana Islam pernah berjaya selama kurang lebih 14 abad lamanya.

Berlanjut pada pertanyaan kedua, peserta meminta penjelasan lebih terperinci mengenai konsep pendidikan dalam Islam. Pemateri kemudian menanggapi, bahwasanya konsep pendidikan dalam Islam terbentuk sejak dini dengan meletakkan akidah Islam sebagai pondasi. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, akidah Islam sebagai landasan ini kemudian tertuang dalam pola didik serta kurikulum sekolah. Pendidikan dalam Islam tidak meletakkan akademik sebagai metode pengajaran satu-satunya, melainkan membentuk pola pikir dan pola sikap dalam setiap pelajarannya. Selain itu, ilmu alat, seperti ilmu-ilmu umum, sains, dan teknologi melengkapi pendidikan. Dari sini kemudian akan lahir individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, melainkan juga berkepribadian Islam. Bukan hanya itu, kualitas tenaga pengajar (guru) akan senantiasa di-upgrade, begitu pula dengan gajinya, sehingga guru bisa optimal dalam mengajar muridnya. Sama halnya dengan fasilitas dan materi penunjang pendidikan yang akan menjadi perhatian negara. Bangunan sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan semua sarana pendidikan akan diadakan oleh negara secara cuma-cuma, sehingga siapapun bisa mengakses dengan mudah. Hal ini karena negara menjadi penanggung jawab bagi pendidikan warga negaranya. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW., “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat; ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Beralih pada pertanyaan ketiga, peserta menanyakan bagaimana kiat bagi kita generasi saat ini untuk menjadi generasi emas dan pemimpin masa depan. Lalu ustadzah menjawab, bahwasanya untuk menjadikan generasi emas saat ini adalah dengan berjuang untuk mengadakan sistem yang sudah terbukti mampu melahirkan generasi Islam. Berkaca kepada Rasulullah SAW. dan juga para sahabat yang berhasil mengubah kondisi jahiliyah di jazirah Arab menjadi sebuah negara yang menerapkan hukum Allah secara total dan menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Dengan mengikuti metode yang dilakukan oleh Rasulullah, tentunya ini merupakan ibadah juga, karena setiap perbuatan Rasulullah adalah hukum syara bagi kaum Muslimin. Ketika kita ikut berkontribusi dalam perjuangan menegakkan Islam, kita pun berkontribusi dalam mewujudkan generasi emas yang berlandaskan Islam dan diridhoi oleh Allah SWT.

Sebagai penutup, Pemateri mengingatkan kembali, bahwa untuk mewujudkan sistem pendidikan Islam yang akan melahirkan generasi emas tidak bisa dilakukan dalam sistem yang menerapkan hukum manusia. Oleh karena itu, sebagai Muslim yang beriman kepada Allah SWT dengan segenap aturannya, kita mesti berkontribusi aktif dalam perjuangan Islam. Sebagaimana hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah SAW. dan para sahabat, mereka memperjuangkan penegakkan Islam secara kaffah sampai peradaban Islam menjadi cahaya bagi dunia. Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (Al-Maidah: 15-16).

Wallahu’alam bishowab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image